Key Success Factor

ASEAN BAC Food Security Working Group / Key Success Factor

Key Success Factor

Several trends in the successful implementation of inclusive closed loop model identified. Key success factors include:


Ada beberapa tren dalam keberhasilan implementasi inclusive closed loop model yang telah teridentifikasi. Faktor-faktor kunci keberhasilan meliputi:

Smallholder farmers often have access only to the market through local middlemen or cooperations, putting them multiple layers away from the end buyer. This leads to diminished returns, as they relinquish some profit to the intermediaries. Additionally, the lack of a guaranteed off-taker creates uncertainty for the farmers to plan their production output.

Partnership with private companies can help address this issue by providing farmers direct access to the buyers/ off-taker guarantee that will assist them in stabilizing their production output and improve their profit margin.

Examples:

Para petani lokal hanya memiliki akses ke pasar melalui perantara atau kerja sama lokal, sehingga menempatkan para petani tidak memiliki akses langsung pada para pembeli. Ini menyebabkan penghasilan yang berkurang, karena mereka harus mengorbankan sebagian keuntungan kepada perantara. Selain itu, ketiadaan jaminan off-taker menimbulkan ketidakpastian bagi para petani dalam merencanakan hasil produksi mereka.

Bekerja sama dengan perusahaan swasta dapat membantu mengatasi masalah ini dengan memberikan para petani akses langsung ke jaminan dari pembeli/off-taker. Ini akan membantu dalam menstabilkan produksi dan meningkatkan margin keuntungan bagi para petani.

Contoh:

Farmers are associated with medium to high risk given their fluctuate production volume and limited collateral due to low-value property ownership. Formal financial institutions are often charged farmer with high interest rate. Thus, limiting farmers ability to invest in their farms.

However, farmers will have better access to financing with the support from large corporations as their strategic partners. Access to affordable credit and financial services proved to be vital for farmers to invest in their operations and improve productivity.

Examples:

Petani dikaitkan dengan risiko sedang hingga tinggi karena volume produksi mereka yang fluktuatif dan jaminan yang terbatas karena kepemilikan properti dengan nilai rendah. Institusi keuangan formal sering kali memberlakukan suku bunga tinggi bagi petani. Hal ini membatasi kemampuan petani untuk berinvestasi di pertanian mereka. 

Namun, para petani akan memiliki akses pembiayaan yang lebih baik dengan dukungan dari perusahaan-perusahaan besar sebagai mitra strategis mereka. Akses ke kredit yang terjangkau dan layanan keuangan terbukti sangat penting bagi para petani untuk berinvestasi dalam kegiatan operasional dan meningkatkan produktivitas.

Contoh :

Farmers lack knowledge and access to information on modern farming practices. Awareness about sustainable farming practices such as soil conservation, water management are limited. This leads to inefficient resource management, poor crop management and lower yields.

Training on sustainable farming practices were conducted by private companies to the farmers via on-site assistants to ensure proper knowledge transfer and effective implementation. With the training provided, farmers can improve their productivity and income.

Examples:

Para petani kurang memiliki pengetahuan dan akses informasi mengenai praktik pertanian modern. Terbatasnya kesadaran tentang praktik pertanian berkelanjutan seperti konservasi tanah dan pengelolaan air terbatas. Hal ini menyebabkan pengelolaan sumber daya yang tidak efisien, pengelolaan tanaman yang buruk, dan hasil panen yang lebih rendah.

Pelatihan mengenai praktik pertanian berkelanjutan dilakukan oleh perusahaan swasta kepada para petani melalui asisten yang berada di lapangan untuk memastikan transfer pengetahuan yang tepat dan implementasi yang efektif. Dengan pelatihan yang diberikan, para petani dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan mereka.

Contoh :

Smallholder farmers have lower productivity due to limited access to productive technology. Farmers do not have sufficient capital to invest in technologies that are requisite to improve the farming efficiency.

Through the inclusive closed-loop partnership, the key stakeholders are providing farmers access to irrigation systems, crop management practices, and relevant agri technologies that can enhance increase farmers’ productivity and efficiency.

Examples:

Para petani lokal memiliki produktivitas yang lebih rendah karena terbatasnya akses terhadap teknologi produktif. Para petani tidak memiliki modal yang cukup untuk berinvestasi dalam teknologi yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi pertanian.

Melalui kemitraan inclusive closed-loop, para pemangku kepentingan utama memberikan akses bagi para petani ke sistem irigasi, praktik pengelolaan tanaman, dan teknologi pertanian yang relevan yang dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi petani.

Contoh :

Partnership with government bodies, such as Ministry of Agriculture and Ministry of Finance, is critical for private companies to accelerate their inclusive-closed loop implementation. Government bodies are encouraged to promote investment in agriculture, incentives for off-takers and farmers, and close collaboration between private companies, local cooperation & non-profit organization via supportive policy framework.

Examples:

Bekerja sama dengan lembaga pemerintah, seperti Kementerian Pertanian dan Kementerian Keuangan, sangat penting bagi perusahaan swasta untuk mempercepat implementasi inclusive-closed loop mereka. Lembaga pemerintah diharapkan mendorong investasi di sektor pertanian, memberikan insentif bagi off-taker dan petani, serta kerja sama yang erat antara perusahaan swasta, kerja sama lokal, dan organisasi nirlaba melalui kerangka kebijakan yang mendukung.

Contoh: